Produksi Beras Meroket (ASEM BPS 2015)
By Admin
- Beras
Melimpah, Harga Jatuh
JAKARTA -
Polemik kekurangan beras 2015 dan keraguan data pangan kini satu per satu mulai
terjawab. Fakta di saat musim paceklik beras melimpah di Pasar Induk Beras
Cipinang (PIBC) dan di pasar sentra beras lainnya pada Januari-Februari 2016
naik di atas 100% dibandingkan periode yang sama 2015 dan diikuti turunnya
harga beras di pasar telah menggugurkan berbagai pendapat yang beredar selama
2015 bahwa data pangan BPS tidak valid dan negara dalam kondisi terancam pangan.
Kini 1 Maret 2015, BPS merilis data Angka Sementara (ASEM) produksi padi tahun 2015 sebesar 75,36 juta ton GKG atau naik 6,37% dibandingkan tahun 2014. Data ASEM ini menunjukkan bahwa pasokan beras 2015 berlebih (surplus).
Naiknya produksi ini berkat kerja keras 56,6 juta petani padi yang didukung secara penuh Penyuluh, TNI, KTNA, Dosen/Mahasiswa dan Pemda dalam menjalankan program Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan dukungan Komisi IV DPR-RI dan unsur lainnya.
El-Nino 2015 memang berdampak pada mundurnya waktu tanam dan turunnya luas tanam terutama Oktober 2015, namun berkat antisipasi dini dan penanganan kekeringan secara masif, maka luas tanam di luar bulan tersebut meningkat. Luas panen padi 2015 naik 318.168 ha (2,31%) dibandingkan 2014 dan produktivitasnya naik 3,97% menjadi 5,33 ton/ha
Berbagai program 2015 meliputi: penyaluran pompa air dan Alsintan lainnya, pembangunan rehabilitasi embung, long-storage, rehabilitasi jaringan irigasi, hujan buatan, asuransi pertanian, gerakan percepatan tanam padi, serta kebijakan seperti: (1) pengadaan dengan pola Penunjukan Langsung, yang berdampak pada penyaluran benih dan pupuk tepat waktu/musim. (2) kebijakan bantuan benih tidak dilokasi existing berdampak pada luas tambah tanam, (3) perbaikan irigasi berdampak pada meningkatnya indeks pertanaman, (4) pengembangan pertanian modern melalui pemberian bantuan alsintan berdampak mempercepat olah tanam, waktu tanam, panen dan pasca panen serta efisiensi biaya dan mengurangi lossis, serta (5) kebijakan pola tanam jajar legowo dan benih unggul terbukti meningkatkan produktivitas. Berbagai kebijakan dan program tersebut diyakini akan berdampak meluncur pada produksi 2016, sehingga optimis produksi padi 2016 akan lebih tinggi dibandingkan 2015.
Dalam kondisi seperti itu, Kementerian Pertanian (Kementan) bisa memastikan ketersediaan beras kini dipastikan melimpah mengingat pada bulan Februari-April 2016 dipanen sekitar 31,2 juta ton GKG setara 18,7 juta ton beras, sedangkan konsumsi beras penduduk hanya 2,6 juta ton per bulan. Justru yang harus diantisipasi saat ini adalah harga gabah di petani, sehingga Bulog agar segera turun ke lapangan menyerap langsung ke petani minimal 4-5 juta ton beras di saat panen raya ini. Misalnya, Harga GKP di Cilacap Jateng 3600-3800" Ngawi Jateng 3600-3800.
Menurut pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Indonesia (FEB UI), Rizal E Halim, di sinilah peran Bulog sebagai penyanggah harus berfungsi secara maksimal. Pemerintah harus memikirkan ini karena bila rantai distribusi ingin dipangkas, maka harus ada institusi yang mewakili pemerintah untuk menjalakankan fungsi distribusi yang mampu dengan cepat menyerap gabah hasil panen petani.
“Namun kadang prosedural yang rumit jadi masalah. Terkait Bulog, sangat dibutuhkan dukungan Kementerian BUMN dan Mendag bahkan presiden. “Merubah paradigma yang sudah lama terbangun di Bulog memang harus melibatkan Kemen BUMN dan mendag untuk ikut memberikan penekanan”, pungkasnya. * (mk)